Senin, 06 Juli 2015

Trend global untuk kembali ke alam dalam kaitan penggunaan obat herbal untuk mengurangi gejala penyakit atau penyakit, mencegah penyakit atau untuk meningkatkan kualitas hidup; telah mendorong penelitian dan pengembangan manfaat herbal yang ditujukan untuk dapat mengatasi beragam masalah kesehatan dengan bentuk sediaan poduk jadi yang semakin variatif. Disamping dapat menggunakan produk jadi obat herbal yang lebih praktis dan siap konsumsi, sebagai alternatif lain konsumen dapat mengolah sendiri dengan berpedoman pada cara pemilihan bahan dan pengolahan yang tepat sehingga manfaat kesehatan yang diinginkan dari obat herbal tersebut dapat dirasakan.


Apakah Itu Simplisia Nabati ?
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan, atau eksudat tumbuhan. “Eksudat tumbuhan” adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya. Sedangkan “bagian tumbuhan” yang dapat dijadikan simplisia adalah akar (radix), rimpang (rhizoma), umbi (tuber), umbi lapis (bulbus), batang (lignum), kulit batang (cortex), daun (folium), bunga (flos), buah (fructus) atau biji (semen). 

Simplisia nabati dapat dibedakan yaitu:
  • Simplisia nabati segar adalah tumbuhan segar yang belum dikeringkan.
  • Simplisia nabati kering adalah tumbuhan yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60⁰C.


Memilih Simplisia Nabati yang Tepat dan Baik
Simplisia nabati dapat diperoleh dari hasil pemanenan/penambangan sendiri dari alam, sehingga penting mengetahui cara tepat pengambilan beberapa bagian tumbuhan obat yang umum digunakan, antara lain:
  • Rimpang biasanya dipanen setelah tanaman berumur 8-10 bulan ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah.
  • Daun dipanen pada saat tumbuhan telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis yang ditandai dengan helaian daun sudah mekar sempurna dengan cara yaitu memetik daun, atau memangkas batang/ranting (pemanenan dengan memotong ranting kemudian baru disisir (dirompes) dari ujung ke pangkal sehingga helaian daun terpisah dari ranting).
  • Bunga dipanen pada saat bunga kuncup atau setelah bunga mekar sempurna (dilakukan hati-hati karena helaiannya bunga mekar lebih rapuh dan mudah rontok).
  • Buah sebagian besar dipanen setelah buah matang fisiologis yang dicirikan dengan perubahan warna kulit buah dengan cara memetik.
  • Biji dipanen pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna (merekah).
  • Herba pada beberapa tumbuhan semusim, dipanen menjelang berbunga (mulai munculnya kuncup bunga).
  • Terna merupakan tumbuhan tipe habitus yang mempunyai sifat batang basah atau lunak yang dipanen cara panen  mengambil semua bagian tanaman termasuk akar pada saat bagian tumbuhan yang berada di atas tanah sudah menghasilkan bunga, buah dan biji. 
 Disamping itu, penting juga memperhatikan beberapa hal berikut:
  • Pastikan kebenaran identitas simplisia yang akan digunakan oleh karena kemungkinan terjadi kesalahan pemilihan tumbuhan obat yang mempunyai kemiripan morfologi atau nama, terutama terhadap simplisia yang ditambang sendiri dari alam atau dibeli dari pemasok. Hal tersebut dapat dihindari jika simplisia diperoleh dari hasil budidaya.
  • Pilih simplisia yang akan digunakan adalah yang bermutu baik, tidak tercampur dengan tumbuhan lain, bersih dari tanah atau bahan asing lain serta tidak mengalami kerusakan karena penyakit  tanaman dan/atau serangan hama.
  • Lakukan pengamatan organoleptik meliputi; penampilan, kerusakan, ukuran, warna, bau, dan jika mungkin rasanya. Simplisia kering yang bagus, perubahan warna antara simplisia segar dan bentuk keringnya tidak jauh berbeda.
  • Perhatikan simplisia yang sudah terkontaminasi pertumbuhan kapang karena beberapa jenis kapang dapat menghasilkan senyawa toksik (mikotoksin) yang dapat menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan.
Mengolah Simplisia Nabati  
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengolah bahan sebelum digunakan yaitu:  
  •  Sortasi: dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya seperti tanah, kerikil, bagian tumbuhan yang rusak,  bagian tumbuhan lain yang tercampur.  
  • Pencucian: untuk bahan yang tidak banyak tercemar tanah dilakukan beberapa kali pencucian dengan air bersih, sedangkan jika kotorannya melekat kuat pemisahannya dapat dilakukan dengan penyemprotan air bersih dibantu tangan atau sikat yang lembut. 
  • Penirisan: dilakukan setelah pencucian untuk mengurangi atau menghilangkan air sisa pencucian yang ada dipermukaan simplisia nabati.  
  • Perajangan: dapat dilakukan untuk memperkecil ukuran dengan cara pemotongan atau pengirisan menggunakan pisau yang tajam dan terbuat dari  logam nirkarat terhadap simplisa nabati yang masih utuh sehingga dapat memberikan hasil penyarian lebih optimal pada tahap pembuatan sediaan herbal.

Membuat Sediaan Herbal
Simplisia yang telah disiapkan pada tahap sebelumny,  kemudian diolah lebih lanjut menjadi sediaan herbal siap konsumsi. Sediaan herbal yang umum yang dapat disiapkan sendiri adalah bentuk rebusan yang dibuat dengan cara merebus bahan dengan air secukupnya menggunakan wadah yang berbahan logam nirkarat atau keramik sampai air mendidih yang kemudian didiamkan.
 Lama pendiaman disesuaikan dengan bagian tumbuhan yang digunakan yaitu untuk akar, rimpang, kayu, kulit batang, buah atau biji dapat dilakukan pendiaman yang lebih lama untuk menyari zat berkhasiatnya dibandingkan jika yang digunakan bunga dan daun. Larutan hasil rebusan yang diperoleh kemudian disaring dan diminum pada kondisi hangat.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

Informasi herbal di situs ini dimaksudkan hanya untuk tujuan memperkaya informasi seputar herbal atau sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk memberikan/ menerima suatu terapi herbal. Informasi tersebut tidak ditujukan sebagai pengganti terapi oleh praktisi kesehatan yang berwenang. Pengelola situs tidak bertanggung jawab atas konsekuensi/akibat dari penggunaan informasi herbal ini.