Selasa, 26 Januari 2016

SELEDRI JEPANG, bukan selederi biasa

Posted by Obat PenawarKu On 23.19 | No comments
SELEDRI JEPANG
(Angelica keiskei (Miq.) Koidz.)

Saintifikasi khasiat:

Aktivitas antidepresan
Monoamine oxidase inhibitors (MAOI) merupakan salah satu golongan obat yang digunakan dalam penanganan depresi, parkinson dan skizofrenia. Senyawa yang diisolasi dari ekstrak metanol herba seledri Jepang yaitu xantoangelol, 4-hidroksiderisin dan sinarosid merupakan senyawa utama yang
berperan dalam aktivitas inhibisi MAO dan inhibisi dopamin -hidroksilase (DBH). Xantoangelol menunjukkan aktivitas inhibisi MAO-A, MAO-B dan DBH dengan IC50 berturut-turut 43,4; 43,9 dan 0,52 μM; senyawa 4-hidroksiderisin menunjukkan IC50 berturut-turut 3,52;3,43 dan 12,0 μM, sedangkan sinarosid menunjukkan IC50 masing-masing sebesar 400; 268 dan 0,041 μM. Iproniazid sebagai kontrol positif inhibitor MAO-A dan MAO-B non-selektif menunjukkan IC50 sebesar 37 dan 42,5 μM dan deprenil sebagai kontrol positif MAO-B inhibitor memiliki IC50 0,046 μM. Dengan demikian xantoangelol memiliki aktivitas inhibitor MAO nonselektif dan inhibitor DBH, 4-hidroksiderisin memiliki aktivitas inhibitor MAO-B selektif dan inhibitor DBH medium, sedangkan sinarosid memiliki aktivitas paling kuat sebagai inhibitor DBH.(1)

Aktivitas memory enhancer/ peningkat daya ingat
Ekstrak etanol daun seledri Jepang dosis 5, 10, 20 dan 40 mg/kg BB yang diberikan secara peroral 60 menit sebelum tes pada mencit jantan ICR yang dibuat amnesia dengan skopolamin (1 mg/kg BB, i.p. 30 menit setelah pemberian ekstrak) menunjukkan terjadinya perbaikan memori pada tes passive avoidance, Y maze dan Morriswater maze yang terlihat dengan peningkatan step-through latency, spontaneus alternation behaviour, dan escape latency. Analisa menggunakan AChE inhibition assay menunjukkan ekstrak mampu menghambat aktivitas asetilkolinesterase dengan IC50 230,7 μg/mL, sedangkan IC50 tacrin sebagai positif kontrol sebesar 18,51 μg/mL. Analisa menggunakan Western blot dan imunohistokimia menunjukkan seledri Jepang secara signifikan memperbaiki fungsi fosforilasi dari cAMP response element-binding (CREB) protein dan ekspresi dari brain-derived neurotropic factor (BDNF) sehingga jumlah sel positif pCREB dan BDNF di hippocampal CA1 dan dentate gyrus regions meningkat.(2) 

Aktivitas antimikroba
Xantoangelol dan 4-hidroksiderisin yang diisolasi dari akar seledri Jepang diuji aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtillis, B. cereus, Staphylococcus aureus, S. epidermidis dan Micrococcous luteus menggunakan metode dilusi agar cair menunjukkan KHM bervariasi antara 0,76-6,25 μg/mL. Aktivitas antibakteri paling kuat ditunjukkan oleh xantoangelol pada M. luteus dengan KHM 0,76 μg/mL, sedangkan gentamisin sebagai standar memiliki nilai KHM yang sama. Pada uji aktivitas terhadap plant-pathogenic bacteria (Agrobacterium tumefaciens, Pseudomonas syringae pv. phaseolicola, P. syringae pv. tabaci dan P. stutzeri) kedua senyawa memiliki aktivitas lebih rendah dibandingkan gentamisin sulfat dengan KHM berkisar antara 0,75-1,0 μg/mL, sedangkan gentamisin sulfat berkisar antara 0,1-0,4 μg/mL.(3)


Aktivitas antioksidan

Senyawa xantokeismin A, -B, -C dan xantoangelol B hasil isolasi dari fraksi larut etil asetat  ekstrak metanol batang seledri Jepang diuji aktivitas penangkapan radikal bebas superoksida (merupakan prekursor radikal hidroksil yang memiliki reaktivitas tinggi terhadap molekul biologis) menggunakan metode WST-1. Hasil menunjukkan keempat senyawa memiliki IC50 masing-masing sebesar 0,51; 0,69; 1,1 dan 0,92 μM; sedangkan vitamin C sebagai salah satu kontrol positif memiliki IC50 >40 μM.(4)
 


Aktivitas antidiabetes
Diet mengandung 3% b/b ekstrak etanol herba seledri Jepang diuji aktivitas antidiabetes pada tikus Wistar jantan bersamaan dengan pemberian fruktosa 15% sebagai minuman selama 11 minggu. Hasil menunjukkan diet tersebut mampu menurunkan secara signifikan glukosa darah sebesar 16,5% (p<0,01); insulin serum sebesar 47,3% (p<0,001); dan HOMA-R (indeks resistensi insulin) sebesar 56,4% (p<0,001). Hal ini menunjukkan seledri Jepang mampu memperbaiki resistensi insulin pada model tikus dengan sindrom metabolik.(5)



Aktivitas terhadap sindrom metabolik
Diet mengandung 3% b/b ekstrak etanol herba seledri Jepang pada tikus Wistar jantan bersamaan dengan pemberian fruktosa 15% sebagai minuman selama 11 minggu mampu menurunkan secara signifikan glukosa darah sebesar 16,5% (p<0,01); insulin serum sebesar 47,3% (p<0,001) ; HOMA-R (indeks resistensi insulin) sebesar 56,4% (p<0,001); trigliserida sebesar 24,2% (p<0,01), dan asam lemak bebas (p<0,05); serta meningkatkan serum total sebesar 30,5% dan kolesterol HDL sebesar 43,4%. Analisis gen hepar tikus menunjukkan ekstrak mampu menurunkan ekspresi gen yang terkait dengan produksi fatty acid _-oxidation dan HDL; serta meningkatkan ekspresi gen acyl-CoA oxidase 1, medium-chain acyl-CoA dehydrogenase, ATP-binding membrane cassette transporter A1, dan apolipoprotein A1. Hal ini menunjukkan seledri Jepang mampu memperbaiki resistensi insulin dan hipertrigliseridemia pada model tikus dengan sindrom metabolik.(5)

Serbuk granul herba seledri Jepang (6,2 g per hari, setara mengandung 12,3 g kalkon) yang diberikan selama 8 minggu diuji terhadap 9 orang dewasa dengan sindrom metabolik (7 laki-laki dan 2 perempuan, usia 30-65 tahun, lingkar pinggang pria >85 cm, wanita >90cm, menunjukkan satu atau lebih gejala glukosa plasma puasa _ 110 mg/dL, HDL <40 mg/dL, tekanan darah >130/85 mmHg). Hasil menunjukkan terjadinya penurunan signifikan pada visceral fat area, berat badan, BMI dan lemak total, serta tidak menunjukkan perubahan efek samping klinis pada analisa darah dan urin maupun gejala klinis lain. Hal ini menunjukkan seledri Jepang bermanfaat dan aman untuk dikonsumsi penderita sindrom metabolik maupun dalam pencegahan terjadinya sindrom metabolik.(6)

Senyawa xantoangelol, 4-hidroksiderisin dan 5 senyawa kalkon baru lain (senyawa 1, 2, 4, 5, 6) konsentrasi 5-20 μM yang diisolasi dari ekstrak etanol akar seledri Jepang dengan kromatografi oktadesil silil dan silika gel diuji aktivitas terhadap produksi adiponektin pada sel adiposa 3T3-L1 secara in vitro. Hasil menunjukkan semua senyawa uji mampu meningkatkan ekspresi gen adiponektin dan produksi adiponektin pada sel adiposit 3T3-L1. Sel adiposit dilaporkan mampu menghasilkan hormon adipositokin yang salah satunya adalah adiponektin, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa dan lemak.(7)


Aktivitas antiinflamasi
Berbagai penyakit vaskular sangat terkait dengan inflamasi yang terjadi melalui aktivasi NF-_B yang berperan dengan cara meningkatkan ekspresi gen sitokin, kemokin dan ikatan leukosit. Berbagai penelitian menunjukkan inhibisi ekspresi gen-gen tersebut melalui aktivasi NF-_B merupakan salah satu cara dalam penanganan penyakit vaskular dan peradangan. Endotelin-1 (ET-1) adalah peptide yang memiliki aktivitas vasokonstriksi yang terdapat pada sel endotelial. Beberapa substansi yang mempengaruhi stimulasi ekspresi gen ET-1 di sel endotelial adalah trombin, TGF-ß1, tumor-necrosis factor-α(TNF-α) dan NF-ĸB dengan cara membentuk ikatan DNA dengan faktor transkripsi seperti activator protein-1 (AP-1) dan nuclear factor-1 (NF-1). Xantoangelol D yang diisolasi dari akar seledri Jepang konsentrasi 50 μM diuji aktivitas antiinflamasi secara in vitro menunjukkan aktivitas antiinflamasi dengan menekan aktivasi NF-ĸB sel endotelial aorta babi pada kondisi basal maupun yang diinduksi oleh TNF- α melalui mekanisme penekanan selektif terhadap fosforilasi 1ĸBα.(8)

Fraksi n-heksan seledri Jepang diuji aktivitas antiinflamasi secara in vitro pada sel RAW 264,7 yang diinduksi lipopolisakarida (LPS) dengan menggunakan metode elektroforesis secara signifikan mampu menghambat produksi oksida nitrit (NO), prostaglandin E2, TNF-α, dan menghambat ekspresi protein iNOS, COX-2 dan kadar mRNA. Fraksi juga menekan aktivasi c-Jun NH2-terminal kinase, p38, p44/p42 MAPK, dan NF-ĸB. Hal ini menunjukkan aktivitas anti inflamasi fraksi terjadi melalui penekanan ekspresi gen iNOS dan COX-2 dengan menghambat signalisasi jalur MAPKs dan NF-ĸB.(9)

Eksudat seledri Jepang yang diberikan secara intraperitoneal dan peroral dalam dosis berulang diuji aktivitas antiinflamasi pada mencit yang diinduksi dengan lipopolisakarida untuk meningkatkan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1). Hasil menunjukkan terjadinya penurunan PAI-1 yang merupakan inhibitor fibrinolisis, di mana fibrinolisis merupakan faktor predisposisi terjadinya trombosis. Isolat eksudat seledri Jepang yaitu xantoangelol, xantoangelol B dan xantoangelol D juga memiliki aktivitas penghambatan produksi PAI-1 yang diinduksi TNF-_ secara in vitro pada human umbilical vein endothelial cells (HUVECs). Hal ini menunjukkan seledri Jepang dapat mencegah kenaikan produksi PAI-1, sehingga dapat memperbaiki status antikoagulan pada kondisi peradangan.(10)



Aktivitas antikanker
Lima senyawa kalkon, enam kumarin dan tiga flavanon hasil isolasi fraksi etil asetat dari eksudat batang seledri Jepang diuji aktivitas kemopreventif secara in vitro pada Epstein-Barrvirus early antigen dari sel Raji. Hasil menunjukkan aktivitas penghambatan pada Epstein-Barr virus early antigen dari sel Raji yang diinduksi dengan 12-O-tetradekanoilporbol -13-asetat sebesar 92-100% (konsentrasi 1x103 mol ratio/TPA).(11)

Ekstrak etanol 50% akar seledri Jepang dosis 500 mg/kg BB dan fraksi etil asetat dosis 200 mg/kg BB dua kali sehari selama 30 hari diuji aktivitas antitumor pada mencit C57B1/6 yang diimplan tumor LLC (Lewis Lung Carcinoma) pada abdomen. Hasil menunjukkan penurunan perkembangan volume tumor secara signifikan (p<0,05) untuk masing-masing ekstrak dan fraksi sebesar 73,2% dan 79,3% dibandingkan kontrol negatif. Ekstrak dan fraksi yang sama juga menunjukkan penghambatan terjadinya metastase di paru-paru dengan penurunan koloni tumor masing-masing sebesar 77,8 dan 55,6% (p<0,05). Fraksinasi lebih lanjut dengan kromatografi kolom terhadap fraksi larut etil asetat menggunakan pelarut kloroform-metanol, menghasilkan fraksi 1 dan fraksi 2. Pemberian dosis 100 mg/kg BB peroral dua kali sehari selama 15 hari pada mencit C57B1/6 yang diimplan tumor LLC mampu menghambat perkembangan ukuran volume tumor secara signifikan (p<0,05) masing-masing sebesar 48,6% (fraksi 1) dan 35,0% (fraksi 2), serta dapat menghambat metastase ke paru-paru dengan penurunan koloni tumor sebanyak 87,1% (fraksi 1) dan 77,4% (fraksi 2). Xantoangelol (hasil Isolasi dari fraksi 1) dosis 50 mg/kg BB mampu menghambat kenaikan berat tumor secara signifikan (p<0,05) sebesar 55,9%, dan menghambat terjadinya metastase paru-paru dengan penurunan jumlah koloni tumor sebanyak 52,2%. Uji secara in vitro, xantoangelol pada dosis 10 dan 100 μM menghambat sintesis DNA pada sel LLC, tetapi tidak menghambat sintesis DNA pada HUVECs dan perlekatan antara LLC dengan HUVECs. Uji secara in vivo, xantoangelol dosis 10 dan 20 mg/kg BB memperlihatkan penghambatan neovaskularisasi pada mencit yang diinduksi tumor dengan sel LLC, maupun pembentukan capillary-like tubes pada HUVECs yang diinduksi Matrigel. Pada pengujian lain, konsentrasi 1-100 μM xantoangelol menghambat ikatan antara VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) dan HUVECs. Hal ini menunjukkan aktivitas antitumor dan antimetastase dari xantoangelol melalui mekanisme inhibisi sintesis DNA pada sel LLC, inhibisi pembentukan capillary-like tube dan inhibisi ikatan VEGF pada sel endotelial vaskular.(12)

4-hidroksiderisin yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak metanol akar Seledri Jepang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel leukimia HL60 (IC50 5,5 μM), sel melanoma CRL1579 (IC50 4,6 μM), sel tumor paru A549 (IC50 10,2 μM), sel kanker abdomen AZ521 (IC50 4,2 μM), dan menunjukkan induksi awal apoptosis pada sel leukimia HL60. Menggunakan metode Western blot terlihat 4-hidroksiderisin mampu menurunkan kadar procaspase-3, -8 dan -9, serta meningkatkan kadar cleaved caspase -3, -8 dan -9. Senyawa ini juga menunjukkan inhibisi terhadap human DNA topoisomerase (topo) II (IC50 21,9 μM). Hal ini menunjukkan potensi 4-hidroksiderisin dalam proses apoptosis sel HL60 melalui jalur mitokondria dan mekanisme death-receptor mediated pathway dengan cara inhibisi terhadap topo II.(13)

Isobavakalkon dan xantoangelol H memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel neuroblastoma (IMR-32 dan NB-39), serta tidak mempengaruhi sel normal (primary culture of rat cerebellar granule cells) meskipun pada konsentrasi yang  tinggi (10-4M). Pewarnaan Hoechst 33342 menunjukkan sel kanker yang diberi isobavakalkon terjadi tanda-tanda apoptosis seperti penyusutan sel, kondensasi kromatin dan fragmentasi inti sel. Analisa MTT juga menunjukkan isobavakalkon menurunkan kadar pro caspase-3 dan -9, serta meningkatkan kadar cleaved caspase-3 dan -9. Hal ini menunjukkan isobavakalkon menginduksi apoptosis sel neuroblastoma melalui jalur mitokondrial dan tidak toksik terhadap sel normal.(14)

Aktivitas antihiperlipidemia
Pemberian 300 mL jus tanaman seledri Jepang selama 6 minggu pada 54 perokok menunjukkan perbaikan tingkat _-tokoferol, _-tokoferol dan _-karoten di plasma. Terjadi juga penurunan kolesterol plasma sebesar 12%, kolesterol LDL 9,3%, dan penurunan signifikan (p<0,0001) LDL teroksidasi dengan metode conjugated diene (CD). Hal ini menunjukkan suplementasi jus seledri Jepang dapat memperbaiki status lipid, mencegah peroksidasi lipid dan menurunkan faktor terjadinya penyakit yang dihubungkan dengan peningkatan stress oksidatif pada perokok.(15)

Pemberian diet mengandung xantoangelol (diisolasi dari ekstrak etil asetat batang seledri Jepang) 0,02 dan 0,1% pada stroke-prone spontaneously hypertensive rats selama 7 minggu menunjukkan terjadinya penurunan VLDL, LDL serum, kolesterol total, dan kandungan trigliserida hati, dan tidak menunjukkan perubahan signifikan pada asupan makanan, berat badan dan tekanan darah sistolik. Pada pemeriksaan terhadap ekspresi mRNA hepatik yang terlibat dalam metabolisme lemak menunjukkan terjadinya peningkatan ekspresi peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR) _mRNA, yang diasosiasikan dengan meningkatnya ekspresi acyl-coenzyme A (CoA) synthetase dan acyl-CoA oxidase mRNA. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan kandungan trigliserida hati.(16)

Pemberian diet mengandung hidroksiderisin (diisolasi dari ekstrak etil asetat batang seledri Jepang) 0,07% selama 7 minggu pada tikus hipertensi (stroke-prone spontaneously hypertensive rats) menunjukkan terjadinya penurunan bobot hepar, kadar VLDL serum dan kandungan trigliserida. Pemeriksaan pada mRNA hepatik menunjukkan penurunan signifikan transfer protein trigliserida di mikrosom, yang diduga bertanggungjawab pada penurunan VLDL serum; serta terjadi penurunan determinasi adiposa, diferensiasi faktor 1 dan sintesis asam lemak, yang diduga mengakibatkan penurunan kandungan trigliserida hati.(17)

Aktivitas antihipertensi
Pemberian diet mengandung hidroksiderisin (diisolasi dari ekstrak etil asetat batang seledri Jepang) 0,07% selama 7 minggu pada tikus hipertensi (stroke-prone spontaneously hypertensive rats) dapat menekan kenaikan tekanan darah sistolik secara signifikan secara statistik (p<0,05) pada minggu ke-7 setelah perlakuan.(18)

Fraksi G, hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% daun seledri Jepang diuji aktivitas penghambatan ACE in vitro menghasilkan IC50 4,1 μg/mL. Fraksi yang sama dosis 21,8 mg/kg BB per hari peroral yang diberikan selama 10 minggu pada tikus hipertensi (spontaneously hypertensive rats/ SHR) menunjukkan penurunan tekanan darah sebesar 5,21% dibandingkan kontrol, sedangkan kontrol positif kaptopril 0,3 mg/kg BB per hari menurunkan sebesar 6,56%. Tekanan darah pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol pada minggu ke-11 hingga ke-15, sedangkan kelompok kaptopril lebih rendah secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol pada minggu ke-12 hingga ke-15. Pemberian dosis tunggal fraksi S (IC50 2,7 μg/mL pada uji in vitro inhibitor ACE) pada dosis tunggal 5,1 mg/kg BB dan 13,1 mg/kg BB secara intravena juga menunjukkan aktivitas antihipertensi yang lebih lemah dibanding kaptopril dosis 44,4 μg/kg BB.(19)

TOKSISITAS
Ekstrak air dan etanol daun seledri Jepang 100 mg/dosis yang diteteskan pada kedua mata kelinci New Zealand (n=5) tidak menunjukkan lesi okular di kornea, perubahan ukuran kornea, pembengkakan kelopak mata, dan dari observasi anatomi dan patologi tidak menunjukkan ketoksikan pada lensa mata.(20)

Pada uji mutagenisitas dengan bacterial reverse mutation test, ekstrak etanol yang diujikan dalam dosis tunggal maupun dosis berulang selama 13 minggu tidak menunjukkan mutasi pada 5 strain bakteri uji dengan atau tanpa aktivasi metabolik S9.(21)

Uji toksisitas serbuk dosis tunggal 3.500 mg/kg BB per hari peroral pada tikus jantan dan betina Sprague Dawley tidak menunjukkan gejala toksik. Pemberian berulang selama 13 hari serbuk seledri Jepang dosis 875 dan 1.750 mg/kg BB per hari peroral pada tikus jantan dan betina Sprague Dawley tidak menunjukkan terjadinya perubahan berat badan, asupan makanan, biokimia darah, hematologi, urinalisis, optalmoskopi, berat organ dan histopatologi.(21)

Pemberian jus hijau yang dibuat dari serbuk seledri Jepang sebanyak 6,2 g per hari yang mengandung 12,3 kalkon pada 9 subyek uji pasien dengan sindroma metabolik selama 8 minggu tidak menunjukkan adanya efek samping pada parameter biokimia, tanda-tanda vital, hematologi dan urinalisis.(6)

Pemberian seledri Jepang dosis 31,5 g serbuk tergranulasi per hari selama 4 minggu pada 24 pasien sehat dan diabetes ringan tidak menunjukkan terjadinya perubahan parameter biokimia klinik darah dan urin maupun menimbulkan gejala gangguan tertentu.(22)

Uji iritasi fraksi etanol dan air dari daun seledri Jepang konsentrasi 10 mg/mL propilen glikol pada punggung kelinci New Zealand White (NZW) menunjukkan tidak terjadinya tanda-tanda ketoksikan pada observasi anatomi dan patologi.(23)


Daftar Pustaka:
  1. Kim JH, Son YK, Kim GH, Hwang KH. Xanthoangelol and 4-hydroxyderricin are the major active principles of the inhibitory activities against monoamine oxidases on Angelica keiskei K. Biomol Ther. 2013; 21(3):234–40.
  2. Oh SR, Kim S-J, Kim DH, Ryu JH, Ahn E-M, Jung JW. Angelica keiskei ameliorates  scopolamine-induced memory impairments in mice. Biol Pharm Bull. 2013;36(1):82–8.
  3.  Inamori Y, Baba K, Tsujibo H, Taniguchi M, Nakata K, Kozawa M. Antibacterial activity of two chalcones, xanthoangelol and 4-hydroxyderricin, isolated from the root of Angelica keiskei KOIDZUMI. Chem Pharm Bull (Tokyo). 1991; 39(6):1604–5. 
  4. Aoki N, Muko M, Ohta E, Ohta S. C-geranylated chalcones from the stems of Angelica keiskei with superoxidescavenging activity. J Nat Prod. 2008;71(7):1308–10. 
  5. Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Deguchi S, Mizutani S, Enoki T, et al. Angelica keiskei Extract Improves Insulin Resistance and Hypertriglyceridemia in Rats Fed a High-Fructose Drink. Biosci Biotechnol Biochem. 2014;76(5):928–32. 
  6. Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Enoki T. Efficacy and Safety of Ashitaba (Angelica keiskei) on the Patients and Candidates with Metabolic Syndrome: A Pilot Study. Japanese J Complement Altern Med. 2012;9(1):49–55.
  7. Ohnogi H, Kudo Y, Tahara K, Sugiyama K, Enoki T, Hayami S, et al. Six New Chalcones from Angelica keiskei Inducing Adiponectin Production in 3T3-L1 Adipocytes. Biosci Biotechnol Biochem. 2012;76(5):961–6. 
  8. Sugii M, Ohkita M, Taniguchi M, Baba K, Kawai Y, Tahara C, et al. Xanthoangelol D isolated from the roots of Angelica keiskei inhibits endothelin-1 production through the suppression of nuclear factor-kappaB. Biol Pharm Bull. 2005;28(4):607–10.
  9. Lee HJ, Choi TW, Kim HJ, Nam D, Jung SH, Lee EH, et al. Anti-Inflammatory activity of Angelica keiskei through suppression of mitogen-activated protein kinases and nuclear factor-kappaB activation pathways. J Med Food. 2010;13(3):691–9.
  10. Ohkura N, Nakakuki Y, Taniguchi M, Kanai S, Nakayama A, Ohnishi K, et al. Xanthoangelols isolated from Angelica keiskei inhibit inflammatory-induced plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) production. Biofactors. 37(6):455–61. 
  11. Akihisa T, Tokuda H, Ukiya M, Iizuka M, Schneider S, Ogasawara K, et al. Chalcones, coumarins, and flavanones from the exudate of Angelica keiskei and their chemopreventive effects. Cancer Lett. 2003;201(2):133–7. 
  12. Kimura Y, Baba K. Antitumor and antimetastatic activities of Angelica keiskei roots, part 1: Isolation of an active substance, xanthoangelol. Int J Cancer. 2003;106(3):429–37. 
  13. Akihisa T, Kikuchi T, Nagai H, Ishii K, Tabata K, Suzuki T. 4-Hydroxyderricin from Angelica keiskei roots induces caspase-dependent apoptotic cell death in HL60 human leukemia cells. J Oleo Sci. 2011;60(2):71–7. 
  14. Nishimura R, Tabata K, Arakawa M, Ito Y, Kimura Y, Akihisa T, et al. Isobavachalcone, a chalcone constituent of Angelica keiskei, induces apoptosis in neuroblastoma. Biol Pharm Bull. 2007;30(10):1878–83. 
  15. JS K, HY K, YK P, TS K, MH K. The effects of green vegetable juice (Angelica keiskei) supplementation on plasma lipids and antioxidant status in smokers. Korean J Nutr. 2003;36(9):933–41. 
  16. Ogawa H, Okada Y, Kamisako T, Baba K. Beneficial effect of xanthoangelol, a chalcone compound from Angelica keiskei, on lipid metabolism in stroke-prone spontaneously hypertensive rats. Clin Exp Pharmacol Physiol. 2007;34(3):238–43.
  17. Ogawa H, Ohno M, Baba K. Hypotensive and lipid regulatory actions of 4-hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-prone spontaneously hypertensive rats. Clin Exp Pharmacol Physiol [Internet]. 2005 [cited 2014 Jun 19];32(1-2):19–23. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15730429. 
  18. Ogawa H, Ohno M, Baba K. Hypotensive and lipid regulatory actions of 4-hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-prone spontaneously hypertensive rats. Clin Exp Pharmacol Physiol [Internet]. 2005 [cited 2014 Jun 19];32(1-2):19–23. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15730429. 
  19. Shimizu E, Hayashi A, Takahashi R, Aoyagi Y, Murakami T, Kimoto K. Effects of angiotensin I-converting enzyme inhibitor from Ashitaba (Angelica keiskei) on blood pressure of spontaneously hypertensive rats. J Nutr Sci Vitaminol (Tokyo). 1999;45(3):375–83. 
  20. Son H-U, Yoon E-K, Cha Y-S, Kim M-A, Shin Y-K, Kim J-M, et al. Comparison of the toxicity of aqueous and ethanol fractions of Angelica keiskei leaf using the eye irritancy test. Exp Ther Med. 2012;4(5):820–4. 
  21. Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Mizutani S, Enoki T. Safety evaluation of Ashitaba (Angelica keiskei) on mutagenic test, single, and 13-weeks oral toxicity test. Japanese J Complement Altern Med. 2012;9(2):75–82. 
  22. Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Enoki T. Safety of Excessive Intake of ashitaba green juice in normal and borderline mildly diabetic subjects. Japanese J Complement Altern Med. 2012;9(2):83–8. 
  23. Lee S-H. Evaluation of acute skin irritation and phototoxicity by aqueous and ethanol fractions of Angelica keiskei. Exp Ther Med. 2013;5(1):45–50.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

Informasi herbal di situs ini dimaksudkan hanya untuk tujuan memperkaya informasi seputar herbal atau sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk memberikan/ menerima suatu terapi herbal. Informasi tersebut tidak ditujukan sebagai pengganti terapi oleh praktisi kesehatan yang berwenang. Pengelola situs tidak bertanggung jawab atas konsekuensi/akibat dari penggunaan informasi herbal ini.