SELEDRI JEPANG
(Angelica keiskei (Miq.) Koidz.)
(Angelica keiskei (Miq.) Koidz.)
Saintifikasi khasiat:
Aktivitas antidepresan
Monoamine oxidase inhibitors (MAOI) merupakan salah satu golongan obat yang digunakan dalam penanganan depresi, parkinson dan skizofrenia. Senyawa yang diisolasi dari ekstrak metanol herba seledri Jepang yaitu xantoangelol, 4-hidroksiderisin dan sinarosid merupakan senyawa utama yang
berperan dalam aktivitas inhibisi MAO dan inhibisi dopamin -hidroksilase (DBH). Xantoangelol menunjukkan aktivitas inhibisi MAO-A, MAO-B dan DBH dengan IC50 berturut-turut 43,4; 43,9 dan 0,52 μM; senyawa 4-hidroksiderisin menunjukkan IC50 berturut-turut 3,52;3,43 dan 12,0 μM, sedangkan sinarosid menunjukkan IC50 masing-masing sebesar 400; 268 dan 0,041 μM. Iproniazid sebagai kontrol positif inhibitor MAO-A dan MAO-B non-selektif menunjukkan IC50 sebesar 37 dan 42,5 μM dan deprenil sebagai kontrol positif MAO-B inhibitor memiliki IC50 0,046 μM. Dengan demikian xantoangelol memiliki aktivitas inhibitor MAO nonselektif dan inhibitor DBH, 4-hidroksiderisin memiliki aktivitas inhibitor MAO-B selektif dan inhibitor DBH medium, sedangkan sinarosid memiliki aktivitas paling kuat sebagai inhibitor DBH.(1)
berperan dalam aktivitas inhibisi MAO dan inhibisi dopamin -hidroksilase (DBH). Xantoangelol menunjukkan aktivitas inhibisi MAO-A, MAO-B dan DBH dengan IC50 berturut-turut 43,4; 43,9 dan 0,52 μM; senyawa 4-hidroksiderisin menunjukkan IC50 berturut-turut 3,52;3,43 dan 12,0 μM, sedangkan sinarosid menunjukkan IC50 masing-masing sebesar 400; 268 dan 0,041 μM. Iproniazid sebagai kontrol positif inhibitor MAO-A dan MAO-B non-selektif menunjukkan IC50 sebesar 37 dan 42,5 μM dan deprenil sebagai kontrol positif MAO-B inhibitor memiliki IC50 0,046 μM. Dengan demikian xantoangelol memiliki aktivitas inhibitor MAO nonselektif dan inhibitor DBH, 4-hidroksiderisin memiliki aktivitas inhibitor MAO-B selektif dan inhibitor DBH medium, sedangkan sinarosid memiliki aktivitas paling kuat sebagai inhibitor DBH.(1)
Aktivitas memory enhancer/ peningkat daya ingat
Ekstrak etanol daun seledri Jepang dosis 5, 10, 20 dan 40 mg/kg BB yang diberikan secara peroral 60 menit sebelum tes pada mencit jantan ICR yang dibuat amnesia dengan skopolamin (1 mg/kg BB, i.p. 30 menit setelah pemberian ekstrak) menunjukkan terjadinya perbaikan memori pada tes passive avoidance, Y maze dan Morriswater maze yang terlihat dengan peningkatan step-through latency, spontaneus alternation behaviour, dan escape latency. Analisa menggunakan AChE inhibition assay menunjukkan ekstrak mampu menghambat aktivitas asetilkolinesterase dengan IC50 230,7 μg/mL, sedangkan IC50 tacrin sebagai positif kontrol sebesar 18,51 μg/mL. Analisa menggunakan Western blot dan imunohistokimia menunjukkan seledri Jepang secara signifikan memperbaiki fungsi fosforilasi dari cAMP response element-binding (CREB) protein dan ekspresi dari brain-derived neurotropic factor (BDNF) sehingga jumlah sel positif pCREB dan BDNF di hippocampal CA1 dan dentate gyrus regions meningkat.(2)
Aktivitas antimikroba
Aktivitas antimikroba
Xantoangelol dan 4-hidroksiderisin yang diisolasi dari
akar seledri Jepang diuji aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtillis, B. cereus, Staphylococcus aureus,
S. epidermidis dan Micrococcous luteus menggunakan
metode dilusi agar cair menunjukkan KHM bervariasi antara 0,76-6,25 μg/mL.
Aktivitas antibakteri paling kuat ditunjukkan oleh xantoangelol pada M. luteus dengan KHM 0,76 μg/mL, sedangkan
gentamisin sebagai standar memiliki nilai KHM yang sama. Pada uji aktivitas terhadap
plant-pathogenic bacteria
(Agrobacterium tumefaciens, Pseudomonas syringae pv. phaseolicola, P. syringae
pv. tabaci dan P. stutzeri) kedua senyawa memiliki aktivitas
lebih rendah dibandingkan gentamisin sulfat dengan KHM berkisar antara 0,75-1,0
μg/mL, sedangkan gentamisin sulfat berkisar antara 0,1-0,4 μg/mL.(3)
Aktivitas antioksidan
Senyawa
xantokeismin A, -B, -C dan xantoangelol B hasil isolasi dari fraksi larut etil
asetat ekstrak metanol batang seledri Jepang
diuji aktivitas penangkapan radikal bebas superoksida (merupakan
prekursor radikal hidroksil yang memiliki reaktivitas tinggi terhadap molekul
biologis) menggunakan metode WST-1. Hasil menunjukkan keempat senyawa memiliki
IC50 masing-masing
sebesar 0,51; 0,69; 1,1 dan 0,92 μM; sedangkan vitamin C sebagai salah satu
kontrol positif memiliki IC50
>40 μM.(4)
Aktivitas antidiabetes
Diet mengandung 3% b/b ekstrak etanol herba
seledri Jepang diuji aktivitas antidiabetes pada tikus Wistar jantan bersamaan
dengan pemberian fruktosa 15% sebagai minuman selama 11 minggu. Hasil
menunjukkan diet tersebut mampu menurunkan secara signifikan glukosa darah
sebesar 16,5% (p<0,01); insulin serum sebesar 47,3% (p<0,001); dan HOMA-R
(indeks resistensi insulin) sebesar 56,4% (p<0,001). Hal ini menunjukkan
seledri Jepang mampu memperbaiki resistensi insulin pada model tikus dengan
sindrom metabolik.(5)
Aktivitas terhadap
sindrom metabolik
Diet mengandung 3% b/b ekstrak etanol herba
seledri Jepang pada tikus Wistar jantan bersamaan dengan pemberian fruktosa 15%
sebagai minuman selama 11 minggu mampu menurunkan secara signifikan glukosa
darah sebesar 16,5% (p<0,01); insulin serum sebesar 47,3% (p<0,001) ; HOMA-R (indeks
resistensi insulin) sebesar 56,4% (p<0,001); trigliserida sebesar 24,2% (p<0,01), dan asam
lemak bebas (p<0,05); serta meningkatkan serum total
sebesar 30,5% dan kolesterol HDL sebesar 43,4%. Analisis gen hepar tikus
menunjukkan ekstrak mampu menurunkan ekspresi gen yang terkait dengan produksi fatty acid _-oxidation dan HDL; serta meningkatkan ekspresi gen acyl-CoA oxidase 1, medium-chain acyl-CoA dehydrogenase, ATP-binding membrane
cassette transporter A1, dan apolipoprotein A1. Hal ini menunjukkan seledri
Jepang mampu memperbaiki resistensi insulin dan hipertrigliseridemia pada model
tikus dengan sindrom metabolik.(5)
Serbuk granul herba seledri Jepang (6,2 g per hari,
setara mengandung 12,3 g kalkon) yang diberikan selama 8 minggu diuji terhadap
9 orang dewasa dengan sindrom metabolik (7 laki-laki dan 2 perempuan, usia
30-65 tahun, lingkar pinggang pria >85 cm, wanita >90cm, menunjukkan satu
atau lebih gejala glukosa plasma puasa _ 110
mg/dL, HDL <40 mg/dL, tekanan darah >130/85 mmHg). Hasil menunjukkan
terjadinya penurunan signifikan pada visceral fat area, berat badan, BMI dan lemak total, serta tidak
menunjukkan perubahan efek samping klinis pada analisa darah dan urin maupun
gejala klinis lain. Hal ini menunjukkan seledri Jepang bermanfaat dan aman untuk
dikonsumsi penderita sindrom metabolik maupun dalam pencegahan terjadinya
sindrom metabolik.(6)
Senyawa xantoangelol, 4-hidroksiderisin dan 5 senyawa kalkon
baru lain (senyawa 1, 2, 4, 5, 6) konsentrasi 5-20 μM yang diisolasi dari
ekstrak etanol akar seledri Jepang dengan kromatografi oktadesil silil dan
silika gel diuji aktivitas terhadap produksi adiponektin pada sel adiposa
3T3-L1 secara in vitro. Hasil menunjukkan semua senyawa uji mampu
meningkatkan ekspresi gen adiponektin dan produksi adiponektin pada sel adiposit
3T3-L1. Sel adiposit dilaporkan mampu menghasilkan hormon adipositokin yang
salah satunya adalah adiponektin, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa
dan lemak.(7)
Aktivitas
antiinflamasi
Berbagai penyakit
vaskular sangat terkait dengan inflamasi yang terjadi melalui aktivasi NF-_B yang berperan dengan
cara meningkatkan ekspresi gen sitokin, kemokin dan ikatan leukosit. Berbagai
penelitian menunjukkan inhibisi ekspresi gen-gen tersebut melalui aktivasi NF-_B merupakan salah satu
cara dalam penanganan penyakit vaskular dan peradangan. Endotelin-1 (ET-1)
adalah peptide yang memiliki aktivitas vasokonstriksi yang terdapat pada sel
endotelial. Beberapa substansi yang mempengaruhi stimulasi ekspresi gen ET-1 di
sel endotelial adalah trombin, TGF-ß1, tumor-necrosis factor-α(TNF-α) dan NF-ĸB dengan cara
membentuk ikatan DNA dengan faktor transkripsi seperti activator protein-1 (AP-1) dan nuclear factor-1 (NF-1). Xantoangelol
D yang diisolasi dari akar seledri Jepang konsentrasi 50 μM diuji aktivitas
antiinflamasi secara in vitro menunjukkan aktivitas
antiinflamasi dengan menekan aktivasi NF-ĸB sel endotelial aorta
babi pada kondisi basal maupun yang diinduksi oleh TNF- α melalui mekanisme
penekanan selektif terhadap fosforilasi 1ĸBα.(8)
Fraksi n-heksan
seledri Jepang diuji aktivitas antiinflamasi secara in vitro pada sel RAW 264,7
yang diinduksi lipopolisakarida (LPS) dengan menggunakan metode elektroforesis
secara signifikan mampu menghambat produksi oksida nitrit (NO), prostaglandin
E2, TNF-α, dan menghambat ekspresi
protein iNOS, COX-2 dan kadar mRNA. Fraksi juga menekan aktivasi c-Jun NH2-terminal kinase, p38,
p44/p42 MAPK, dan NF-ĸB. Hal ini menunjukkan aktivitas
anti inflamasi fraksi terjadi melalui penekanan ekspresi gen iNOS dan COX-2
dengan menghambat signalisasi jalur MAPKs dan NF-ĸB.(9)
Eksudat seledri Jepang yang
diberikan secara intraperitoneal dan peroral dalam dosis berulang diuji
aktivitas antiinflamasi pada mencit yang diinduksi dengan lipopolisakarida
untuk meningkatkan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1). Hasil menunjukkan
terjadinya penurunan PAI-1 yang merupakan inhibitor fibrinolisis, di mana
fibrinolisis merupakan faktor predisposisi terjadinya trombosis. Isolat eksudat
seledri Jepang yaitu xantoangelol, xantoangelol B dan xantoangelol D juga
memiliki aktivitas penghambatan produksi PAI-1 yang diinduksi TNF-_ secara
in vitro pada human umbilical vein endothelial
cells (HUVECs). Hal ini menunjukkan
seledri Jepang dapat mencegah kenaikan produksi PAI-1, sehingga dapat
memperbaiki status antikoagulan pada kondisi peradangan.(10)
Aktivitas
antikanker
Lima senyawa kalkon,
enam kumarin dan tiga flavanon hasil isolasi fraksi etil asetat dari eksudat
batang seledri Jepang diuji aktivitas kemopreventif secara in vitro pada Epstein-Barrvirus
early antigen dari sel Raji. Hasil
menunjukkan aktivitas penghambatan pada Epstein-Barr virus early antigen dari sel Raji yang
diinduksi dengan 12-O-tetradekanoilporbol -13-asetat sebesar 92-100%
(konsentrasi 1x103 mol ratio/TPA).(11)
Ekstrak etanol 50% akar seledri
Jepang dosis 500 mg/kg BB dan fraksi etil asetat dosis 200 mg/kg BB dua kali
sehari selama 30 hari diuji aktivitas antitumor pada mencit C57B1/6 yang diimplan
tumor LLC (Lewis Lung Carcinoma) pada abdomen. Hasil menunjukkan
penurunan perkembangan volume tumor secara signifikan (p<0,05) untuk masing-masing
ekstrak dan fraksi sebesar 73,2% dan 79,3% dibandingkan kontrol negatif.
Ekstrak dan fraksi yang sama juga menunjukkan penghambatan terjadinya metastase
di paru-paru dengan penurunan koloni tumor masing-masing sebesar 77,8 dan 55,6%
(p<0,05). Fraksinasi lebih lanjut
dengan kromatografi kolom terhadap fraksi larut etil asetat menggunakan pelarut
kloroform-metanol, menghasilkan fraksi 1 dan fraksi 2. Pemberian dosis 100
mg/kg BB peroral dua kali sehari selama 15 hari pada mencit C57B1/6 yang
diimplan tumor LLC mampu menghambat perkembangan ukuran volume tumor secara
signifikan (p<0,05) masing-masing sebesar
48,6% (fraksi 1) dan 35,0% (fraksi 2), serta dapat menghambat metastase ke
paru-paru dengan penurunan koloni tumor sebanyak 87,1% (fraksi 1) dan 77,4% (fraksi
2). Xantoangelol (hasil Isolasi dari fraksi 1) dosis 50 mg/kg BB mampu
menghambat kenaikan berat tumor secara signifikan (p<0,05) sebesar 55,9%, dan
menghambat terjadinya metastase paru-paru dengan penurunan jumlah koloni tumor sebanyak
52,2%. Uji secara in vitro, xantoangelol pada dosis 10 dan
100 μM menghambat sintesis DNA pada sel LLC, tetapi tidak menghambat sintesis
DNA pada HUVECs dan perlekatan antara LLC dengan HUVECs. Uji secara in vivo, xantoangelol dosis 10 dan 20
mg/kg BB memperlihatkan penghambatan neovaskularisasi pada mencit yang
diinduksi tumor dengan sel LLC, maupun pembentukan capillary-like tubes pada HUVECs yang diinduksi
Matrigel. Pada pengujian lain, konsentrasi 1-100 μM xantoangelol menghambat
ikatan antara VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) dan HUVECs. Hal ini menunjukkan aktivitas
antitumor dan antimetastase dari xantoangelol melalui mekanisme inhibisi
sintesis DNA pada sel LLC, inhibisi pembentukan capillary-like tube dan inhibisi ikatan VEGF pada sel
endotelial vaskular.(12)
4-hidroksiderisin yang diisolasi
dari fraksi etil asetat ekstrak metanol akar Seledri Jepang memiliki aktivitas
sitotoksik terhadap sel leukimia HL60 (IC50 5,5 μM), sel melanoma CRL1579 (IC50
4,6 μM), sel tumor paru A549 (IC50 10,2 μM), sel kanker abdomen AZ521 (IC50 4,2
μM), dan menunjukkan induksi awal apoptosis pada sel leukimia HL60. Menggunakan
metode Western blot terlihat 4-hidroksiderisin mampu menurunkan kadar procaspase-3,
-8 dan -9, serta meningkatkan kadar cleaved
caspase -3, -8 dan -9. Senyawa ini
juga menunjukkan inhibisi terhadap human DNA topoisomerase (topo) II (IC50 21,9 μM). Hal ini
menunjukkan potensi 4-hidroksiderisin dalam proses apoptosis sel HL60 melalui
jalur mitokondria dan mekanisme death-receptor
mediated pathway dengan cara inhibisi terhadap topo
II.(13)
Isobavakalkon dan xantoangelol H
memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel neuroblastoma (IMR-32 dan NB-39),
serta tidak mempengaruhi sel normal (primary
culture of rat cerebellar granule cells)
meskipun pada konsentrasi yang tinggi
(10-4M). Pewarnaan Hoechst 33342 menunjukkan sel kanker yang diberi
isobavakalkon terjadi tanda-tanda apoptosis seperti penyusutan sel, kondensasi
kromatin dan fragmentasi inti sel. Analisa MTT juga menunjukkan isobavakalkon
menurunkan kadar pro caspase-3 dan -9, serta meningkatkan kadar cleaved caspase-3 dan -9. Hal ini
menunjukkan isobavakalkon menginduksi apoptosis sel neuroblastoma melalui jalur
mitokondrial dan tidak toksik terhadap sel normal.(14)
Aktivitas antihiperlipidemia
Pemberian 300 mL jus
tanaman seledri Jepang selama 6 minggu pada 54 perokok menunjukkan perbaikan
tingkat _-tokoferol, _-tokoferol dan _-karoten di plasma.
Terjadi juga penurunan kolesterol plasma sebesar 12%, kolesterol LDL 9,3%, dan
penurunan signifikan (p<0,0001) LDL
teroksidasi dengan metode conjugated diene (CD). Hal ini menunjukkan suplementasi jus seledri Jepang dapat
memperbaiki status lipid, mencegah peroksidasi lipid dan menurunkan faktor
terjadinya penyakit yang dihubungkan dengan peningkatan stress oksidatif pada
perokok.(15)
Pemberian diet
mengandung xantoangelol (diisolasi dari ekstrak etil asetat batang seledri
Jepang) 0,02 dan 0,1% pada stroke-prone spontaneously hypertensive rats selama 7 minggu
menunjukkan terjadinya penurunan VLDL, LDL serum, kolesterol total, dan
kandungan trigliserida hati, dan tidak menunjukkan perubahan signifikan pada
asupan makanan, berat badan dan tekanan darah sistolik. Pada pemeriksaan terhadap ekspresi mRNA hepatik
yang terlibat dalam metabolisme lemak menunjukkan terjadinya peningkatan ekspresi
peroxisome proliferator-activated
receptor (PPAR) _mRNA,
yang diasosiasikan dengan meningkatnya ekspresi acyl-coenzyme A (CoA) synthetase dan acyl-CoA oxidase mRNA. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan kandungan trigliserida hati.(16)
Pemberian diet mengandung
hidroksiderisin (diisolasi dari ekstrak etil asetat batang seledri Jepang)
0,07% selama 7 minggu pada tikus hipertensi (stroke-prone spontaneously hypertensive rats) menunjukkan terjadinya penurunan
bobot hepar, kadar VLDL serum dan kandungan trigliserida. Pemeriksaan pada mRNA
hepatik menunjukkan penurunan signifikan transfer protein trigliserida di
mikrosom, yang diduga bertanggungjawab pada penurunan VLDL serum; serta terjadi
penurunan determinasi adiposa, diferensiasi faktor 1 dan sintesis asam lemak,
yang diduga mengakibatkan penurunan kandungan trigliserida hati.(17)
Aktivitas antihipertensi
Pemberian diet
mengandung hidroksiderisin (diisolasi dari ekstrak etil asetat batang seledri
Jepang) 0,07% selama 7 minggu pada tikus hipertensi (stroke-prone spontaneously
hypertensive rats) dapat menekan
kenaikan tekanan darah sistolik secara signifikan secara statistik (p<0,05) pada minggu ke-7
setelah perlakuan.(18)
Fraksi G, hasil fraksinasi dari
ekstrak etanol 80% daun seledri Jepang diuji aktivitas penghambatan ACE in vitro menghasilkan IC50 4,1 μg/mL.
Fraksi yang sama dosis 21,8 mg/kg BB per hari peroral yang diberikan selama 10
minggu pada tikus hipertensi (spontaneously
hypertensive rats/ SHR) menunjukkan penurunan
tekanan darah sebesar 5,21% dibandingkan kontrol, sedangkan kontrol positif
kaptopril 0,3 mg/kg BB per hari menurunkan sebesar 6,56%. Tekanan darah pada
kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok
kontrol pada minggu ke-11 hingga ke-15, sedangkan kelompok kaptopril lebih
rendah secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol
pada minggu ke-12 hingga ke-15. Pemberian dosis tunggal fraksi S (IC50 2,7 μg/mL
pada uji in vitro inhibitor ACE) pada dosis tunggal
5,1 mg/kg BB dan 13,1 mg/kg BB secara intravena juga menunjukkan aktivitas antihipertensi
yang lebih lemah dibanding kaptopril dosis 44,4 μg/kg BB.(19)
TOKSISITAS
Ekstrak air dan etanol daun
seledri Jepang 100 mg/dosis yang diteteskan pada kedua mata kelinci New Zealand
(n=5) tidak menunjukkan lesi okular di kornea, perubahan ukuran kornea,
pembengkakan kelopak mata, dan dari observasi anatomi dan patologi tidak
menunjukkan ketoksikan pada lensa mata.(20)
Pada uji mutagenisitas dengan bacterial reverse mutation test, ekstrak etanol yang diujikan dalam
dosis tunggal maupun dosis berulang selama 13 minggu tidak menunjukkan mutasi
pada 5 strain bakteri uji dengan atau tanpa aktivasi metabolik S9.(21)
Uji toksisitas serbuk dosis
tunggal 3.500 mg/kg BB per hari peroral pada tikus jantan dan betina Sprague
Dawley tidak menunjukkan gejala toksik. Pemberian berulang selama 13 hari serbuk
seledri Jepang dosis 875 dan 1.750 mg/kg BB per hari peroral pada tikus jantan
dan betina Sprague Dawley tidak menunjukkan terjadinya perubahan berat badan,
asupan makanan, biokimia darah, hematologi, urinalisis, optalmoskopi, berat
organ dan histopatologi.(21)
Pemberian jus hijau yang dibuat
dari serbuk seledri Jepang sebanyak 6,2 g per hari yang mengandung 12,3 kalkon pada
9 subyek uji pasien dengan sindroma metabolik selama 8 minggu tidak menunjukkan
adanya efek samping pada parameter biokimia, tanda-tanda vital, hematologi dan urinalisis.(6)
Pemberian seledri Jepang dosis
31,5 g serbuk tergranulasi per hari selama 4 minggu pada 24 pasien sehat dan
diabetes ringan tidak menunjukkan terjadinya perubahan parameter biokimia
klinik darah dan urin maupun menimbulkan gejala gangguan tertentu.(22)
Uji iritasi fraksi etanol dan air
dari daun seledri Jepang konsentrasi 10 mg/mL propilen glikol pada punggung
kelinci New Zealand White (NZW) menunjukkan tidak terjadinya tanda-tanda ketoksikan pada observasi anatomi
dan patologi.(23)
Daftar Pustaka:
- Kim JH, Son YK, Kim GH, Hwang KH. Xanthoangelol and 4-hydroxyderricin are the major active principles of the inhibitory activities against monoamine oxidases on Angelica keiskei K. Biomol Ther. 2013; 21(3):234–40.
- Oh SR, Kim S-J, Kim DH, Ryu JH, Ahn E-M, Jung JW. Angelica keiskei ameliorates scopolamine-induced memory impairments in mice. Biol Pharm Bull. 2013;36(1):82–8.
- Inamori Y, Baba K, Tsujibo H, Taniguchi M, Nakata K, Kozawa M. Antibacterial activity of two chalcones, xanthoangelol and 4-hydroxyderricin, isolated from the root of Angelica keiskei KOIDZUMI. Chem Pharm Bull (Tokyo). 1991; 39(6):1604–5.
- Aoki N, Muko M, Ohta E, Ohta S. C-geranylated chalcones from the stems of Angelica keiskei with superoxidescavenging activity. J Nat Prod. 2008;71(7):1308–10.
- Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Deguchi S, Mizutani S, Enoki T, et al. Angelica keiskei Extract Improves Insulin Resistance and Hypertriglyceridemia in Rats Fed a High-Fructose Drink. Biosci Biotechnol Biochem. 2014;76(5):928–32.
- Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Enoki T. Efficacy and Safety of Ashitaba (Angelica keiskei) on the Patients and Candidates with Metabolic Syndrome: A Pilot Study. Japanese J Complement Altern Med. 2012;9(1):49–55.
- Ohnogi H, Kudo Y, Tahara K, Sugiyama K, Enoki T, Hayami S, et al. Six New Chalcones from Angelica keiskei Inducing Adiponectin Production in 3T3-L1 Adipocytes. Biosci Biotechnol Biochem. 2012;76(5):961–6.
- Sugii M, Ohkita M, Taniguchi M, Baba K, Kawai Y, Tahara C, et al. Xanthoangelol D isolated from the roots of Angelica keiskei inhibits endothelin-1 production through the suppression of nuclear factor-kappaB. Biol Pharm Bull. 2005;28(4):607–10.
- Lee HJ, Choi TW, Kim HJ, Nam D, Jung SH, Lee EH, et al. Anti-Inflammatory activity of Angelica keiskei through suppression of mitogen-activated protein kinases and nuclear factor-kappaB activation pathways. J Med Food. 2010;13(3):691–9.
- Ohkura N, Nakakuki Y, Taniguchi M, Kanai S, Nakayama A, Ohnishi K, et al. Xanthoangelols isolated from Angelica keiskei inhibit inflammatory-induced plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) production. Biofactors. 37(6):455–61.
- Akihisa T, Tokuda H, Ukiya M, Iizuka M, Schneider S, Ogasawara K, et al. Chalcones, coumarins, and flavanones from the exudate of Angelica keiskei and their chemopreventive effects. Cancer Lett. 2003;201(2):133–7.
- Kimura Y, Baba K. Antitumor and antimetastatic activities of Angelica keiskei roots, part 1: Isolation of an active substance, xanthoangelol. Int J Cancer. 2003;106(3):429–37.
- Akihisa T, Kikuchi T, Nagai H, Ishii K, Tabata K, Suzuki T. 4-Hydroxyderricin from Angelica keiskei roots induces caspase-dependent apoptotic cell death in HL60 human leukemia cells. J Oleo Sci. 2011;60(2):71–7.
- Nishimura R, Tabata K, Arakawa M, Ito Y, Kimura Y, Akihisa T, et al. Isobavachalcone, a chalcone constituent of Angelica keiskei, induces apoptosis in neuroblastoma. Biol Pharm Bull. 2007;30(10):1878–83.
- JS K, HY K, YK P, TS K, MH K. The effects of green vegetable juice (Angelica keiskei) supplementation on plasma lipids and antioxidant status in smokers. Korean J Nutr. 2003;36(9):933–41.
- Ogawa H, Okada Y, Kamisako T, Baba K. Beneficial effect of xanthoangelol, a chalcone compound from Angelica keiskei, on lipid metabolism in stroke-prone spontaneously hypertensive rats. Clin Exp Pharmacol Physiol. 2007;34(3):238–43.
- Ogawa H, Ohno M, Baba K. Hypotensive and lipid regulatory actions of 4-hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-prone spontaneously hypertensive rats. Clin Exp Pharmacol Physiol [Internet]. 2005 [cited 2014 Jun 19];32(1-2):19–23. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15730429.
- Ogawa H, Ohno M, Baba K. Hypotensive and lipid regulatory actions of 4-hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-prone spontaneously hypertensive rats. Clin Exp Pharmacol Physiol [Internet]. 2005 [cited 2014 Jun 19];32(1-2):19–23. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15730429.
- Shimizu E, Hayashi A, Takahashi R, Aoyagi Y, Murakami T, Kimoto K. Effects of angiotensin I-converting enzyme inhibitor from Ashitaba (Angelica keiskei) on blood pressure of spontaneously hypertensive rats. J Nutr Sci Vitaminol (Tokyo). 1999;45(3):375–83.
- Son H-U, Yoon E-K, Cha Y-S, Kim M-A, Shin Y-K, Kim J-M, et al. Comparison of the toxicity of aqueous and ethanol fractions of Angelica keiskei leaf using the eye irritancy test. Exp Ther Med. 2012;4(5):820–4.
- Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Mizutani S, Enoki T. Safety evaluation of Ashitaba (Angelica keiskei) on mutagenic test, single, and 13-weeks oral toxicity test. Japanese J Complement Altern Med. 2012;9(2):75–82.
- Ohnogi H, Hayami S, Kudo Y, Enoki T. Safety of Excessive Intake of ashitaba green juice in normal and borderline mildly diabetic subjects. Japanese J Complement Altern Med. 2012;9(2):83–8.
- Lee S-H. Evaluation of acute skin irritation and phototoxicity by aqueous and ethanol fractions of Angelica keiskei. Exp Ther Med. 2013;5(1):45–50.
0 komentar:
Posting Komentar